Wednesday, 16 October 2013

Lelaki Sepatu Klimis 2

Kali ini aku bersantai berjalan dari gerbang sekolah. Tidak lagi harus berlarian menuju toko terdekat hanya untuk numpang meneduh karena hujan lebat. Tidak lagi harus mengelap baju basah dengan sapu tanganku. Tidak lagi harus merapikan rambut yang sedikit terkena hujan dengan jemari mungilku. Ya. Kali ini ku menuruti apa kata Ibu dengan membawa payung berwarna pelangi dengan gambar mickey mouse pada beberapa sisinya. Ini kali kedelapan aku tidak melihat lelaki sepatu klimis itu di emperan toko itu. Aku tidak dapat lagi menahan rasa penasaranku. Aku berjalan santai menuju toko itu. Pergi menemui pemilik toko. Memberanikan diri menanyakan tentang lelaki sepatu klimis.


“Selamat siang, pak!” sapaku kepada pemilik toko itu denganmelemparkan sedikit senyum.
“Selamat siang,” si pemilik toko membalasnya dengan sangat ramah.
“Maaf sebelumnya. Saya tidak berniat untuk membeli. Saya hanya ingin bertanya, Bapak tau lelaki yang selalu meletakkan bungan mawar putih disitu? Saya sedikit ingin tau tentangnya. Entah kenapa dia sangat misterius bagi saya.” aku menujuk tepat ke arah lelaki sepatu klimis itu biasa meletakkan bunga mawar putih.
“Ah, dia. Namanya Revan. Umurnya 21 tahun. Dia bekerja sebagai pelayan cafe,” si pemilik toko mulai menceritakan siapa sosok lelaki sepatu klimis itu.
“Dulu dia sekolah di sekolah yang sama denganmu. Dia seringkali mampir ke toko ini bersama kekasihnya. Suatu saat, sekitar 2 tahun yang lalu hal buruk terjadi pada kekasihnya. Sebuah truk menabrak toko ini dan salah satu korban meninggal adalah kekasihnya, Dewi namanya.” Aku mengangguk mengerti. Mendengarkannya dengan cermat.
“Sebagai penghormatan dan rasa cintanya kepada kekasihnya, dia selalu datang dengan membawa mawar putih, bunga yang paling disukai kekasihnya, setiap tanggal kejadian mengenaskan itu. Dia selalu memakai sepatu hitam pekat kado dari kekasihnya seminggu sebelum peristiwa itu.”
“Lalu, sekarang dia dimana? Sudah sekitar delapan bulan saya tidak pernah melihatnya disini lagi. Meletakkan mawar putih lagi,” aku terus melihat ke arah pemilik toko. Menunggu jawaban. Aku sangat penasaran.
“Dia datang kesini delapan bulan lalu di tanggal yang biasa dia datang. Meletakkan bunga mawar putih di tempat biasa. Tetapi ketika dia berjalan berbalik  5 menit setelah meletakkan bunga mawar putih itu sebuah mobil pick-up dengan kecepatan tinggi menabraknya. Dan kabar terakhir yang saya dengar, dia telah tiada.”

Aku meneteskan air mata. Lelaki sepatu klimis itu ternyata sudah tidak ada. Belum sempat aku berkenalan, bahkan menyapanya. Terlambat. Dia sudah tenang disana. Bertemu lagi dengan kekasihnya. 

2 comments: