Cast :
Lee (choi) Jinri
Choi Minho
Lee Taemin
Jung Soojung
Jinri mengajak Soojung berkeliling sekolah pada jam
istirahat. Sampai pada akhirnya mereka kelelahan dan berhenti di kantin
sekolah.
“Aku dengar ini sekolah favorite di Seoul, benar kah?” tanya
Soojung dengan meminum gelas berisi orange juice.
“Iya, benar sekali. Beruntungnya kamu bisa diterima disini.
Kamu pasti sangat pintar,” Soojung hanya tertawa.
Karena Jinri melihat Minho yang sedang berjalan melewati
kantin sekolah, Jinri berlari mengejar Minho, “Soojung-ah, tunggu sebentar ya.”
“Oppa!” Minho menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Ah, Jinri-ah. Waeyo?” Jinri mengajak Minho menuju kantin
dan memperkenalkannya pada Soojung.
“Oppa, kenalkan dia teman baruku, pindahan dari Amerika,”
“Ah, Soojung imnida,” Soojung tersenyum dan membungkukkan
badannya 90 derajat.
Minho terbelalak. Darahnya mengalir deras, jantungnya
berdegup sangat kencang, lehernya serasa tercekat, nadinya berdenyut dengan
cepat, tubuhnya melemas, seketika ingin sekali dia memeluk wanita yang ada
dihadapannya, tetapi tidak mungkin. Ada Jinri disampingnya.
“Minji-ah,” lirih Minho. Jinri melihat ke arah Minho mencoba mendengar apa yang baru saja dikatakan Minho.
“Ne, oppa? Mwoya?” tanya Jinri.
“A-aniyo. Minho imnida,” Minho sedikit memaksakan senyum.
“A-aku pergi dulu, masih ada urusan,” lanjut Minho.
“Ah, ne oppa,”
Minho berjalan tertatih, seperti ingin sekali dia menjatuhkan dirinya disini. Minho berjalan dengan berpegang pada tembok-tembok yang ada untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Untungnya, Jinri tidak melihatnya dan asik mengobrol bersama Soojung. Minho terus memikirkannya. Minji? Soojung? Apakah mereka orang yang sama?
Minho memberanikan diri menanyakan siapa Soojung sebenarnya kepada kekasihnya, Jinri. Jinri menjawab dengan sejelas-jelasnya kepada Minho. Masih belum puas dengan jawaban yang diberikan Jinri, Minho mencari Soojung dan mengajaknya makan siang.
“Sunbae, aku merasa tidak enak pada Jinri. Apakah dia tau kalau kita sedang makan siang bersama? Mengapa sunbae tidak mengajaknya?” tanya Soojung.
“Ah, aku hanya ingin bersamamu saja. Aku ingin tau tentangmu lebih dalam,”
“Ah, arasseo,” Soojung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Suasana hening seketika. Agak canggung. Dan Minho memulai percakapan untuk mencairkan suasana.
“Apa kamu benar dari Amerika?” Minho mulai menanyakan hal-hal yang membuatnya penasaran.
“Ne, wae?”
“Aniyo. Pernahkah kau mendapatkan sebuah kecelakaan? Dan mungkin kehilangan ingatan?” pertanyaan Minho mulai aneh dan Soojung merasa tidak nyaman dengan itu.
“Obseo. Sunbae, wae?” Soojung mulai kesal.
“Ah, satu lagi, apa ...”
“Sunbae, jebal. Jangan memberiku pertanyaan aneh semacam itu,” Soojung menyela pembicaraan Minho.
“Arasseo. Mianhae, Soojung-ah.”
“Apa aku seseorang yang kau kenal?”
“Hanya saja kau mirip .....” belum selesai Minho berbicara, tiba-tiba handphone nya berbunyi. Ah, dari Jinri. Mengapa dia menelpon disaat yang tidak tepat.
“Yoboseyo,” jawab Minho dengan nada malas.
“Oppa, eodiya?”
“Ah, emm, latihan basket,”
“Tapi aku tidak melihat Oppa disini, Oppa eodiya?”
“Ah, aku sudah selesai sejak tadi lalu aku keluar sebentar. Sekarang aku sedang menuju lapangan lagi,”
“Ah ne, aku tunggu di lapangan,”
“Ne, Jinri-ah. Jangan kemana-mana, jangan pulang dulu, aku segera datang,”
“Ne, Oppa.”
Nut... Nut... Telepon tertutup.
“Ah, mianhae Soojung-ah, aku harus segera pergi, Jinri menungguku,”
“Arasseo,” kata Soojung. Setelah Minho berjalan beberapa langkah, kemudian dia berhenti dan kembali ke meja, “Aku akan mengantarmu pulang dulu.”
“Tidak usah, sunbae. Jinri sudah menunggumu,” Soojung menolak tawaran Minho.
“Ah, kau benar. Jaga diri baik-baik, Soojung-ah. Selesai ini langsung pulang, jangan pergi kemana-mana,” Soojung hanya mengangguk. Dia merasa aneh dengan kata-kata Minho.
Minho segera berlari menuju lapangan sekolah. Sangat lega ketika sampai di lapangan, Minho melihat Jinri masih ada disana menunggunya. Segera Minho menghampiri kekasihnya itu.
“Jinri-ya,” Minho memanggilnya dengan nafas terengah-engah.
“Oppa!” Jinri menghampiri Minho.
“Ayo pulang, aku antarkan kau pulang sekarang,”
“Oppa, kembali hanya untuk mengantarkanku pulang?”
Minho hanya tersenyum mendengarnya, lalu menggandengn tangannya dan mengajaknya pulang “Kajja.”
Sementara itu, Soojung masih berdiam diri di meja. Tiba-tiba seorang lelaki datang dan memegang lengannya.
“Aku antarkan pulang,” kata seorang lelaki itu. Soojung memperhatikan lekat-lekat wajah lelaki itu dengan terus berjalan disampingnya.
“Kau .... kembarannya Jinri?” tanya Soojung setelah tau dan mengenal lelaki itu. Lelaki itu hanya diam dan memilih tidak menjawab.
“Lee Taemin,” kata Soojung dengan dingin.
“Hem?”
“Apa kau mengikutiku sedari tadi?”
“Itu tidak penting. Jangan pernah mendekati hyung, Jinri sangat mencintainya,”
“Aku tidak mendekatinya. Kita hanya makan siang biasa,”
“Aku tidak peduli. Hanya saja jangan menyakiti hati Jinri,”
“Seburuk itukah aku? Kau bahkan tidak mengenalku dengan baik. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?” Soojung sangat kesal dengan apa yang dibicarakan Taemin.
“Sudah sampai. Aku pulang dulu,” kata Taemin dengan tidak memperhatikan apa yang dibicarakan Soojung baru saja. Taemin meninggalkan Soojung.
“Ya! Darimana kau tau rumahku?” teriak Soojung tetapi Taemin tetap berjalan dan tidak mempedulikannya. Taemin hanya melambaikan tangannya seperti berkata ‘goodbye Soojung’
“Tsk!”
Taemin terus berjalan. Memang agak kacau pikirannya saat ini. Orang yang baru saja mengenal kembarannya, dengan mudahnya mengambil Minho dari Jinri. Memang Soojung lebih cantik, lebih seksi, lebih pintar, bahkan lebih tau bagaimana cara menjadi wanita. Jinri terlalu polos untuk itu. Teringat candaannya dulu bersama Jinri, mungkin Minho merasa kasihan kepada Jinri lalu mengajaknya berkencan.
“Aku pulaaang,” kata Taemin lalu menghempaskan dan membiarkan tubuhnya bermanja-manja dengan shofa.
“Taemin-ah, aku mau berbicara denganmu,” Jinri menghampiri Taemin.
“Hem?”
“Aku lihat kau selalu memperhatikan Soojung, apa kau menyukainya?”
“Apa yang kau katakan?” kata Taemin dengan mata tertutup. Taemin mencoba bersikap biasa yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan sekarang. Dia takut Jinri tau apa yang dia rasakan pada Soojung sekarang.
“Aku tau kau menyukainya,” Jinri melirik ke arah Taemin.
“Tsk! Tidak usah berpura-pura tidur,” kata Jinri kesal. “Ah, terserah kau saja, Lee Taemin!” lanjutnya.
Jinri pergi meninggalkan Taemin. Taemin membuka matanya pelan. Memikirkan apa yang dikatakan Jinri.
“Dia selalu tau apa yang aku rasakan,” kata Taemin pelan lalu melanjutkan tidurnya di shofa.
***
Jinri berjalan menuju ruang ganti olah raga dengan membawa sebuah kotak berisi roti buatannya. Dia berencana ingin bertemu Minho dan memberikan kotak itu padanya.
“Taemin-ah!” panggil Jinri yang kebetulan melihat Taemin di depannya.
“Ah, wae?”
“Aniyo. Aku ingin mengantarkan ini pada Minho Oppa. Apa kau tau dia dimana?”
“Ah? A-ah, Minho hyung? Sebaiknya kau kembali ke kelas saja, Jinri-ah. Aku tidak melihatnya,” jawab Taemin dengan gugup.
“Wae, Taemin-ah?”
“A-aniyo,”
“Kau aneh,” Jinri meninggalkan Taemin dan terus berjalan mencari Minho. Taemin diam-diam mengikutinya.
“Ah, itu Minho Oppa!”
Taemin yang mendengarnya langsung berlari menghampiri Jinri dan memegang tangannya. Bermaksud menahan Jinri. Tetapi terlambat. Jinri telah melihat Minho sedang memeluk Soojung. Jinri terjatuh seketika Taemin menahannya dan memapahnya. Membawa Jinri pergi dari kejadian yang sangat menyakiti hatinya.
“Sudah aku bilang, sebaiknya kau kembali ke kelas. Mengapa kau tetap ingin mencarinya?” kata Taemin sambil mengelus rambut saudara kembarnya itu.
“Aku merindukannya. Kau tau? Sudah tiga hari dia tidak mengirimiku message. Selalu aku yang memulainya. Dan kau tau apa balasan dia? Dia membalasnya dengan kata singkat. Meskipun begitu aku sangat mencintainya,”
“Bodoh!” kata Taemin sambil memukul kepala Jinri.
Sementara itu, Minho tiba-tiba memeluk Soojung setelah mengajaknya bertemu di belakang ruang OSIS. Soojung tersontak kaget dengan apa yang dilakukan Minho. Soojung lalu melepasnya.
“Mwoya?!” Soojung membentak Minho.
“Apa yang sunbae lakukan?” lanjut Soojung.
“Kau Minji. Kau adikku, Minji. Kau bukan Soojung!” kata Minho sambil memeluk Soojung.
“Oppa merindukanmu Minji-ah,” lanjut Minho.
“Sunbae, aku Soojung, bukan Minji. AKU JUNG SOOJUNG!” Soojung pergi meninggalkan Minho. Minho terjatuh dan menangis. Dia tersadar bahwa Minji, Choi Minji, adik yang sangat disayangnya telah tiada sejak dua tahun lalu. Minho sadar Soojung bukanlah Minji. Segera Minho berlari mengejar Soojung dan meminta maaf.
“Soojung-ah. Mianhae. Aku terlalu rindu dengan adikku. Dan kau memang sangat mirip dengannya,” kata Minho sambil memegang lengan Soojung. Soojung segera melepas tangan Minho yang berada di lengan sebelah kanannya.
“Aku mengerti,” jawab Soojung singkat lalu meninggalkan Minho.
Drrt... Drrt... sebuah message masuk di handphone Minho. Segera Minho membacanya.
From : Jinriku
Oppa, bisa kita bertemu di taman hari ini? Aku ingin mengajakmu piknik.
Taemin yang melihatnya merasa sangat lega. Ternyata hubungan Soojung dan Minho tidak seperti yang dia pikirkan.
“Ah baboya. Taemin, neo babo!” Taemin berkata pada dirinya sendiri dan memukul ringan kepalanya.
“’Apa ini efek cemburu atau apa entahlah. Soojung-ah, kau bukanlah wanita buruk seperti yang aku pikirkan. Maafkan aku,” kata Taemin pelan.
***
“Oppa bagaimana? Enak?” tanya Jinri yang telah menyuapkan satu sushi pada Minho.
“Mmm,” Minho mengangguk dan tersenyum.
“Oppa, bagaimana kalau kita akhiri saja hubungan ini?”
Minho terlonjak kanget. Seperti melihat sesuatu yang mengerikan sore ini. Dia tidak tau harus menjawab apa.
“Lakukanlah kalau membuatmu bahagia,” jawab Minho singkat.
‘Apa yang baru saja aku katakan? Babo! Minho kau bodoh!’ kata Minho dalam pikirannya.
“Aku lihat Oppa sangat mencintai Soojung. Bersamanyalah, asal melihat Oppa bahagia, aku juga akan bahagia,” Jinri tersenyum lalu memakan kimchi buatannya.
Minho terdiam. Dia seperti berpikir sesuatu. Apa Jinri melihatnya memeluk Soojung tadi? Apa Jinri tau tentang itu?
“Jinri-ah. Apa maksudmu? Aku tidak ada perasaan apa-apa dengan Soojung. Ah, apa kau melihatku memeluk Soojung tadi?” Minho menjelaskan apa yang terjadi padanya dan Soojung. Jinri yang mendengarnya meneteskan air mata dan memeluk Minho.
“Oppa, mianhae. Aku tidak menanyakannya padamu sebelumnya. Mianhae Oppa,” kata Jinri sambil memeluk Minho erat. Minho tersenyum senang
“Jadi.....” Minho melepas pelukan mereka.
“Aku menarik kata-kataku. Aku tidak ingin mengakhiri ini semua. Aku sangat mencintaimu Oppa,” Jinri kembali memeluk Minho.
“Aku juga.”
“Juga apa?”
“Aku juga mencintaimu, Jinri-ah,”
Minho medekatkan wajahnya pada wajah Jinri, membiarkan bibir mereka saling bertemu, kemudian mengecup lembut bibir Jinri. Bibir mereka saling bertautan. Mereka berciuman.
--the end--
--the end--
kurang panjang ^^
ReplyDeletebikinnya buru-buru ^^
ReplyDeletemakasih kritiknya ~ :>