Sunday, 20 January 2013

FF Minsul : I'm Sorry part 1 [ f(SHINee) ]


Cast :
Lee (choi) Jinri
Choi Minho
Lee Taemin
Jung Soojung



Jinri P.O.V

Hari ini aku pergi ke sekolah dengan perasan yang begitu menggembirakan karena hari ini adalah hari pertama aku menjabat sebagai bendahara OSIS. Aku terlalu bersemangat hingga pagi ini aku pergi ke sekolah sendiri dan meninggalkan saudara kembarku, Taemin, yang memang super lama. Entah aku kerasukan jin apa sehingga membuatku menyapa semua orang yang bertemu denganku. Memang hari ini aku terlalu bahagia.

“Jinri-ya,” seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat lekat-lekat wajah seseorang itu lalu terkaget.
“Ya! Lee Taemin! Kau ......” Aku tidak percaya bahwa seseorang yang ada disampingku sekarang adalah Lee Taemin, saudara kembarku.

“Mwo?” Taemin memasang wajah menakutkan.
“A-aniya. Bukannya kau tadi masih sarapan? Ke-kenapa sudah sampai di sekolah secepat ini?” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Kenapa kau meninggalkanku?” Taemin berbalik bertanya lalu mendekatkan wajahnya tepat dua sentimeter dari wajahku.
“Ya! Aku bertanya duluan,” bentakku hingga membuat Taemin kembali memposisikan wajahnya ke seperti semula (?).
“Aku sarapan di jalan. Belari mengejarmu, baboya!”
“Ah. Kenapa kau tidak memanggilku tadi? Aku bisa berhenti menunggumu,”
“Kau memakai ini, bodoh!” Taemin menunjuk headphone yang terkalung di leherku.
“Ah, ne, aku lupa,” Aku menunduk. Memang Taemin kalau sedang marah sangat menakutkan.
“Kenapa kau meninggalkanku?” Taemin mengulangi pertanyaannya.
“Kau kan sudah besar, seharusnya bisa berangkat sekolah sendiri. Kenapa masih harus terus bersama? Tsk! Anak manja,”
“Kau bilang apa?” Taemin menjitak kepalaku. Aku meringis kesakitan, “Appo.”

Aku terdiam. Lebih tepatnya terpesona melihat sosok seorang lelaki yang sedang bermain basket. Dengan lincahnya melakukan tipuan-tipuan dan memasukkan bola ke dalam ring. Betapa kerennya dia. Kulihat banyak wanita-wanita cantik nan anggun disana yang bersorak-sorai memberinya dukungan.

“Ya! Jinri!” Taemin menggoyangkan badanku. Aku langsung tersadar dan melihat ke arah Taemin.
“Ah, ne?”
“Kau kenapa melamun? Apa kau sedih aku marahi tadi? Ah jeongmal mianhae, Jinri-ah.”
“Ne, aku sedih,” jawabku lalu aku berjalan meninggalkan Taemin.
“Ya! Jinri-ah! Mianhae. Jeongmal mianhae,” Taemin terus berteriak meminta maaf, tetapi aku tidak peduli dan terus melanjutkan langkahku.

Aku tidak fokus dalam pelajaran hari ini. Ada dua hal yang sangat mengganggu pikiranku saat ini. Lelaki basket tadi. Ah, siapa namanya? Kelas berapa? Rasanya ingin berkenalan dengan dia. Tapi bagaimana caranya? Apa aku harus seperti wanita-wanita lenjeh itu yang terus menerus mengikuti lelaki basketku dan merayunya? Menjijikan! Tidak akan aku melakukan hal itu. Seperti tidak mempunyai harga diri saja. Selain itu ada lagi yang membuatku ingin segera mengakhiri sekolah hari ini. Rapat OSIS perdana. Ya, entah mengapa aku ingin sekali segera menghadirinya. Memang impianku sejak masuk ke sekolah ini adalah menjadi bagian dari pengurus OSIS.

Teng .... Teng .... Teng ....

Akhirnya selesai juga pelajaran hari ini. Dengan semangat menjulang, aku berjalan menuju ruang rapat dan duduk di kursi nomor dua dengan meninggalkan Taemin lagi. Biarlah, dia juga sudah besar, seharusnya bisa pulang sendiri. Semua pengurus sudah datang, hanya satu yang belum, yaitu ketua OSIS. Lima belas menit kemudian seseorang mengetuk pintu dan masuk menempati kursi utama.

“Mianhae, saya baru saja selesai latihan,” ketua OSIS membuka percakapan. Aku menoleh ke arahnya. Aku terkaget dan membelalakkan mata. Dia, ketua OSIS itu adalah lelaki basket itu?
“Selamat datang dan selamat bergabung bersama kami. Saya Choi Minho, ketua OSIS pada periode tahun 2013-2014 dan beberapa senior disini siap membimbing kalian para junior untuk terus memajukan OSIS sekolah kita,” lelaki basket, eh Ketua OSIS itu berbicara penuh dengan kebijaksanaan. Memang pantas banyak wanita mengincarnya sampai rela melakukan hal-hal menjijikan untuk mendapatkannya.
“Dan mohon pengertiannya, saya mungkin akan sering terlambat untuk rapat karena memang saya masuk tim inti basket sekolah dan sebentar lagi akan diadakan turnamen antar sekolah, jadi saya akan lebih sering latihan untuk sementara waktu sampai turnamen itu selesai,” lanjut lelaki basket itu. Em, maksudnya ketua OSIS yang bernama Choi Minho.

Aku masih terpesona dengannya, masih belum bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku tidak begitu memperhatikannya, yang jelas lelaki basket itu terus menjelaskan peraturan, undang-undang, dan beberapa hal penting. Aku terus memandangnya. Entah, yang jelas aku sangat suka melihat wajahnya yang tampan itu. Sampai berakhirnya rapat, aku masih tidak rela untuk berpisah dengannya.
***

Author P.O.V

Jinri bangun sangat pagi dan segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Hampir satu jam dia berdandan hanya untuk bertemu dengan lelaki basketnya itu. Memakai fondation, bedak yang tebal, lipstick yang merah merona, dan bulu mata yang tebal. Tidak biasanya Jinri berdandan, entah untuk kali ini dia ingin sekali tampil secantik mungkin di hadapan lelaki basketnya.

“Ah, jinjayo. Aku sudah gila. Sejak kapan aku berdandan? Aku bahkan tidak tau cara berdandan. Bagaimana ini? Aku malu untuk turun sarapan bersama appa, eomma, dan Taemin,” kata Jinri di hadapan cermin kamarnya.
“Jinri-ya! Sarapan sudah siap sejak tadi. Kenapa kau tidak turun juga?” eomma mengetuk pintu kamar Jinri dan meminta Jinri untuk turun sarapan. Jinri membuka kamarnya pelan-pelan dan menampakkan sedikit wajahnya pada eomma.
“Omo! Apa yang kau lakukan pada wajahmu itu?” eomma memegang wajah Jinri dan mengajak Jinri duduk di atas tempat tidur.
“Sini eomma ajari bagaimana berdandan itu,” lanjut eomma.

Eomma mulai menghapus riasan yang ada pada wajah Jinri dan memulainya kembali dengan riasan yang lebih soft dan cocok untuk anak sekolah. Memakaikan lipgloss yang tipis dan bedak yang tidak cukup tebal. Dan yang terakhir memakaikan sedikit eyeliner dan maskara agar mata Jinri terlihat lebih sempurna.

“Nah, sekarang kamu sudah lebih baik daripada sebelumnya, Jinri-ya. Ayo turun, appa dan Taemin sudah menunggu kamu untuk sarapan,”
“Ne eomma. Gomawo,” Jinri lalu berdiri di depan kaca melihat betapa manisnya dia dengan riasan wajah seperti itu.
“Wah eomma daebak!” gumam Jinri yang lalu turun untuk sarapan. Agak ragu untuk turun, Jinri takut Taemin menertawainya. Tetapi Jinri terus melangkah sampai pada akhirnya dia sampai di meja makan.

“Annyeong,” sapa Jinri lembut.
“Duduk lah. Lama sekali kau di atas. Ada masalah?” tanya appa dengan meminum teh hangat yang disediakan eomma.
“A-aniyo appa,” Jinri menundukkan wajah. Taemin terus melihat lekat-lekat wajah Jinri.
“Ya! Kau ..... berdandan?” Taemin mencoba memegang wajah Jinri tetapi Jinri menghindarinya.
“Mwoya? Apa tidak boleh aku berdandan? Aku kan seorang wanita,”
“Yeppo,” kata Taemin yang lalu melanjutkan makan.
“Tsk!” Jinri tersenyum malu mendengar apa yang dikatakan Taemin.

Seperti biasa Jinri dan Taemin berangkat sekolah berjalan kaki bersama. Selalu ada obrolan lucu diantara mereka. Tapi hari ini Taemin terus saja melihat Jinri, menatap setiap sudut wajahnya.
“MWOYA?!” Jinri yang mulai tidak nyaman dengan itu langsung membentak Taemin.
“Aniyo,” jawab Taemin singkat.
“Jangan melihatku seperti itu Taemin-ah,” Jinri meminta dengan sedikit rasa sebal.
“Arasseo,” kata Taemin sambil menganggukkan kepala. “Tapi kau terlihat cantik hari ini. Apa kau sedang jatuh cinta?” tanya Taemin dengan menatap Jinri seduktif.
“M-mwo?!?!” Jinri membelalakkan mata. “A-aniyo. Kau ada ada saja Taemin-ah,” lanjut Jinri dengan sedikit gugup.
“Aku tidak percaya, Jinri-ssi,”
“Terserah kau, Taemin-ssi,”

Gerbang sekolah hampir saja ditutup oleh satpam sekolah. Jinri dan Taemin segera berlari menuju gerbang.
“Ahjussi ... Ahjussi ... Tunggu sebentar,” kata Taemin menghentikan satpam sekolah yang sedang menutup gerbang.
“Yasudah, masuk saja. Lain kali jangan telat ya kalian jamur kembar,” kata satpam yang kemudian membiarkan Jinri dan Taemin masuk.
“Ahjussi gomawoyo! Semoga kumisnya cepat tumbuh!” teriak Taemin yang terus berlari sembil melambaikan tangan kepada satpam sekolah.
“Kurang ajar. Dasar jamur kembar,” gumam satpam sekolah.
Jinri dan Taemin berhenti sejenak dan mengatur nafas.
“Huh hah. Capek,” keluh Taemin sambil membungkuk mengatur nafasnya agar normal kembali.
“Rambutku jadi berantakan. Semua garagara kamu, Taemin-ssi!” Jinri segera merapikan rambutnya. Lalu dia melihat lelaki basketnya sedang berjalan menuju kantin sekolah. Segera Jinri menata rambutnta serapi mungkin dan berjalan dengan sedikit keanggunan menuju kantin sekolah.
“Ya! Ya! Jinri! Kau mau kemana?”
“Kantin sekolah,”
“Ikut,”
“Tsk!”

Jinri memesan persis apa yang dipesan lelaki basketnya yaitu satu mangkok bakso dan satu gelas lemon tea. Taemin heran melihatnya.
“Ya! Jinri-ya!”
“Hem?” Jinri tidak menoleh sedikitpun ke arah Taemin. Dia terus fokus melihat lelaki basketnya yang sedang makan sambil bergurau dengan teman satu team.
“Kau masih lapar?”
“Huh? Sudah jangan banyak tanya, kalau mau makan saja.”
“Tidak! Aku sudah kenyang. Ya! Kita ada pelajaran jam pertama. Sudah terlambat sepuluh menit. Bisabisa dimarahin. Bagaimana, Jinri-ya?” Taemin merengek seperti anak kecil. Lalu Jinri menyuapinya dengan satu bakso sampai Taemin diam.
“Diam. Kau cerewet sekali. Kita bolos saja kali ini,” Taemin mengeluarkan bakso yang menyumpal (?) di mulutnya.
“MWO???!!! Kalau eomma tau kita bisa .....” Taemin berhenti berbicara melihat Jinri yang sedang berjalan mendekati meja yang berisi empat orang lakilaki. Taemin mencoba memperluas jaringan telinganya.

“Annyeong,” sapa Jinri lembut dengan melontarkan senyuman imutnya.
“Ne, annyeong,” jawab lelaki basket itu yang bernama Minho.
“Ah, kau junior OSIS bukan?” lanjut Minho.
“Ne, sunbae. Aku Lee Jinri, bendahara OSIS,” kata Jinri sambil memainkan rambutnya.
“Ah, arasseo. Waeyo Jinri-ssi?” Minho menatap Jinri syahdu dengan sedikit sunggingan senyum menawan. Jinri merasakan degup jantungnya semakin cepat, darahnya serasa mengalir sangat deras, seakan dia ingin terbang melayang ke udara.
“Ah emm, kapan rapat dimulai lagi? Ah aku terlalu bersemangat menjadi pengurus OSIS, aku jadi ingin terus rapat. Kekeke~” Minho tertawa dan sedikit memberi penjelasan.
“Duduklah,” Minho memegang lengan Jinri dan menyuruhnya duduk di depannya. Jinri terlihat malu-malu.
“Awal menjadi pengurus OSIS memang seperti itu. Aku hargai semangatmu. Semoga tidak hanya diawal saja. Kalau masalah kapan akan diadakan rapat lagi, aku kurang tau, lebih baik tanya saja sama wakil ketua. Karena aku lebih fokus ke latihan basket, semua aku serahkan pada wakil ketua,” lagi-lagi Jinri tidak mendengakannya dan hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda dia mengerti sambil tetap melihat wajah Minho tanpa ada niat ingin berpaling sedikitpun.
“Ah ne, arasseo sunbae. Gomawoyo,” Jinri melakukan bow lalu pergi meninggalkan Minho dan team basketnya.
Jinri kembali duduk di tempat semula sambil tersenyum-senyum bahagia. Taemin melihatnya sebal.
“Menjijikkan!” gumam Taemin lalu meninggalkan Jinri yang sedang seperti orang gila.
“Ya! Apa kamu bilang?” Jinri mengejar Taemin.
“Benar apa yang aku bilang, kau jatuh cinta dengan ketua OSIS itu,” Jinri segera menutup mulut Taemin rapat-rapat.
“Ya! Jangan keras-keras,” bisik Jinri.
“Ara!”

Semenjak perkenalan Jinri dan Minho di kantin sekolah, hubungan mereka semakin dekat. Mereka lebih sering mengobrol dan Jinri selalu menemani Minho latihan basket. Hingga tepat pada hari Selasa, seusai diadakannya rapat OSIS yang membahas mengenai meeting class yang diadakan tiga minggu lagi, setelah semua pengurus OSIS meninggalkan ruang rapat dan hanya tinggal Jinri dan Minho di dalam ruang rapat.

“Mari berkencan,” kata Minho sambil merapikan berkas-berkas rapat tanpa menoleh pada Jinri sedikitpun. Jinri yang sedang memasukkan beberapa kertas hasil rapat ke dalam tas ranselnya terlonjak kaget. Membelalakkan matanya. Terus berpikir dan mencerna apa yang baru saja dikatakan sunbae nya.
“Jadilah wanitaku,” lanjut Minho dengan sedikit melirik ke arah Jinri. Jinri yang masih saja terpaku hanya bisa berkata, “M-mwo?”
“Masih kurang jelas?”
“A-aniyo sunbae. Aku hanya ....”
“Bagaimana? Apakah aku ditolak?”
“A-aku tidak bilang seperti itu,”
“Jadi?” Jinri mengangguk dan terlihat jelas pada ekspresi wajah Minho menandakan bahwa dia senang atas jawaban Jinri.
“Baiklah. Mulai sekarang kau wanitaku,” Minho menatap Jinri dalam.
“Kajja. Kita makan siang,” lanjut Minho.

Jinri seperti masih belum percaya. Dia masih terus berpikir ini nyata ataukah hanya mimpi. Minho, lelaki basketnya, mengajaknya berkencan dan memintanya menjadi wanitanya, apakah itu semua hanya mimpi. Jinri lalu menampar pipinya sendiri. Dan dia tersadar ini bukanlah mimpi. Betapa bahagianya dia. Tersenyum sepanjang hari. Memutar lagu cinta sekencang-kencangnya di kamar dan menyanyikannya seolah-olah tidak ada orang lain di dalam rumahnya.

“JINRI-YA!!! YA! LEE JINRI! PELANKAN MUSIKNYA! BERISIK SEKALI!” Taemin berteriak dari luar kamar Jinri dengan menggedor-gedor pintu kamar Jinri. Jinri membuka pintu kamar dan langsung mencubit pipi Taemin, “ AAAAAAAA AKU SENANG TAEMIN-AH!!!”
“YA! YA! YA!” Taemin mencoba melepas tangan Jinri yang terus mencubit pipinya. Jinri melepas tangannya dan mengajak Taemin masuk dalam kamarnya.
“Kau kenapa? Seperti orang gila saja,”
“Dia mengajakku berkencan,”
“Ah kau bermimpi. Tidak mungkin Minho hyung mau dengan wanita aneh sepertimu,”
“Kau meragukannya?” Jinri mengerutkan alis.
“Tentu saja. Mana mungkin Minho hyung mau denganmu. Kau kan bodoh, tidak sepintar aku. Kau tidak cantik, kau juga tidak anggun. Bukan tipe Minho hyung sama sekali,” Jinri melemparkan sebuah bantal berbentuk kepala doraemon ke tubuh Taemin.
“APA KAU BILANG?? DASAR ONCOM! Aku serius. Dia mengajakku berkencan, Taemin-ah,”
“Kalaupun iya, mungkin Minho hyung sedang dalam kondisi mabuk dan tidak sadarkan diri, setelah sadarkan diri dia langsung mengirimimu message dan meminta maaf kalau dia telah berbicara sesuatu hal yang tidak benar akibat meminum alkohol terlalu banyak,” Taemin lalu pergi meninggalkan Jinri.
“YA! LEE TAEMIN, KAU SUNGGUH JAHAT!” teriak Jinri dengan melempar guling ke pintu kamar.
“Tsk! Menyebalkan,” lanjutnya.
***

Bel masuk sekolah telah dibunyikan. Jinri dan Taemin duduk di bangku masing-masing. Sonsaengnim datang dengan membawa hasil ujian minggu lalu.

“Sebelum saya membagikan hasil ujian kepada kalian, saya akan memperkenalkan murid baru yang berasal dari Amerika. Silahkan masuk,” sonsaengnim mempersilahkan murid baru untuk memperkenalkan diri.
“Annyeong, joneun Jung Soojung imnida. Kalau di Amerika biasa dipanggil Krystal. Bangpaseumnida,”
“Ne, Soojung kau bisa duduk di sebelah Jinri,” sonsaengnim mengarahkan dimana Soojung harus duduk.
“Annyeong, Soojung,” sapa Jinri manis dengan menyodorkan (?) tangan mengajak Soojung berjabat tangan.
“Ne, annyeong .....” Soojung terus berpikir mengingat nama seseorang disampingnya.
“Jinri imnida. Lee Jinri,”
“Ah, ne Jinri-ssi. Mianhae, aku lupa,”
“Ah tidak apa-apa,”
‘Sepertinya Jinri seseorang yang baik. Mungkin aku bisa berteman dengannya,’ kata Soojung dalam hati.

Jinri mengajak Soojung berkeliling sekolah pada jam istirahat. Sampai pada akhirnya mereka kelelahan dan berhenti di kantin sekolah.
“Aku dengar ini sekolah favorite di Seoul, benar kah?” tanya Soojung dengan meminum gelas berisi orange juice.
“Iya, benar sekali. Beruntungnya kamu bisa diterima disini. Kamu pasti sangat pintar,” Soojung hanya tertawa.

Karena Jinri melihat Minho yang sedang berjalan melewati kantin sekolah, Jinri berlari mengejar Minho, “Soojung-ah, tunggu sebentar ya.”
“Oppa!” Minho menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Ah, Jinri-ah. Waeyo?” Jinri mengajak Minho menuju kantin dan memperkenalkannya pada Soojung.
“Oppa, kenalkan dia teman baruku, pindahan dari Amerika,”
“Ah, Soojung imnida,” Soojung tersenyum dan membungkukkan badannya 90 derajat.

Minho terbelalak. Darahnya mengalir deras, jantungnya berdegup sangat kencang, lehernya serasa tercekat, nadinya berdenyut dengan cepat, tubuhnya melemas, seketika ingin sekali dia memeluk wanita yang ada dihadapannya, tetapi tidak mungkin. Ada Jinri disampingnya.

No comments:

Post a Comment