pernah kamu merasa kecil hati ketika ibumu secara 'tidak langsung' dihina -mungkin kata-kata itu terlalu kasar, lebih lembutnya diremehkan- oleh teman dekatmu?
aku pernah.
dan itu sangat menyakitkan.
terlalu menyakitkannya sampai aku tidak bisa melupakannya.
ini terjadi sudah tiga tahun yang lalu.
ya, ketika aku masih duduk di bangku sekolah.
ketika kita berada pada grade dimana diharuskan untuk mengkuti pelajaran tambahan, untuk menghemat uang saku, sebaiknya membawa bekal dari rumah untuk makan siang.
setiap hari kita membawa bekal masing-masing dengan menu yang berbeda-beda.
mungkin ada yang sama.
ya.
beberapa.
aku selalu membawa bekal mie goreng, nasi goreng, ataupun nasi pecel.
hanya itu.
tidak semewah teman-temanku yang lain.
bukan karena aku tidak sanggup.
bukan.
karena ibuku yang sibuk, tidak sempat memasak dan mengantarkannya ke sekolah setiap jam pulang sekolah.
maka, aku dibuatkan bekal pagi hari untuk dimakan pada siang hari.
aku tidak pernah masalah dengan itu, walaupun menu yang aku makan hanya itu-itu saja.
selagi itu makanan, ketika lapar melanda makanan apapun itu akan habis juga olehku.
suatu hari temanku bertanya, "kenapa menumu itu-itu saja dari kemarin?".
aku agak ragu untuk menjawab, tapi aku harus tetap menjawabnya. dengan jujur.
"ibuku sibuk. tidak sempat membuatkan yang macam-macam. lagipula ibuku tidak terlalu pandai memasak." jawabku dengan santai.
lalu dia kembali berkata, "kok nggak bisa masak? kalo ibuku sih masakin aku terus. beda-beda pula."
aku hanya tersenyum.
aku mengabaikannya.
seolah aku tidak mendengar apapun.
sakit sekali rasanya.
terbesit untuk membalas perkataannya.
tetapi, aku rasa tidak usah.
aku tidak suka berdebat.
berdebat akan membuat pertemanan kita rusak.
memang harus ada yang mengalah.
dan aku menjadi tokoh 'mengalah' itu.
memang ibuku sibuk.
ibuku tidak terlalu pandai memasak.
tapi aku tidak pernah malu untuk itu.
setiap ibu mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri.
sejujurnya aku masih kesal dengan semua perkataannya sampai sekarang.
aku ingin memberitahunya, tetapi aku selalu mengurungkan niatku.
toh, sekarang pasti dia sudah lupa.
aku harap dia sudah berubah.
berucap dengan memikirkan perasaan orang lain.
berucap dengan hati-hati.
semoga Tuhan selalu melindungimu dan menuntunmu untuk selalu berkata dengan hati-hati.
-hoonrara-
No comments:
Post a Comment