Wednesday, 5 March 2014

FF B.A.Pink : Waiting for Me, please!

Annyeong~~ ^^
kali ini saya bikin FF B.A.Pink lhooo hihi
yah cukup menyita tenaga saya bikinnya.
semoga gak mengecewakan deh~~
happy reading guys~ ^^

Cast : Jung Eunji
         Choi Junhong (zelo)
         Jung Daehyun
         Yoo Youngjae
         Son Naeun
         Park Chorong







Januari 2014
“Waah, welcome back to Korea Jung Eunji-ssi,” kata Eunji sembari merentangkan kedua tangannya. Menikmati harumnya udara segar kota Seoul. Mengarahkan pandangannya di setiap sudut kota. “Hah aku merindukan Seoul,” kata Eunji kemudian. Eunji mengentikan sebuah taxi yang melintasinya, memasukkan satu koper besar ke dalam bagasi, lalu duduk di bagian belakang taxi dengan membawa handbag. Eunji duduk termenung. Teringat akan sesuatu. Memandang ke arah luar jendela. Air matanya menetes satu demi satu.  “Bagaimana rupamu saat ini? bagaimana keadaanmu sekarang? Bisakah kita bertemu sebelum aku kembali ke Jepang? Aku merindukanmu. Tiga tahun terasa lama bagiku,” kata Eunji pelan.

September 2008
Eunji terus memandanginya. Lelaki itu. Satu kelas dengannya, namanya Jung Daehyun. Iya, Jung. Sama sepertinya. Eunji sangat menyukainya. Menyukai takdir bahwa mereka mempunyai nama belakang yang sama. Dia selalu tertawa ketika mengingatnya. Perasaan ini tiba-tiba muncul tanpa ia sadari. Ia menyukai Daehyun. Ia tidak tau kapan perasaan ini muncul, apa yang membuatnya menyukainya, apa yang telah dilakukan Daehyun padanya. Ia tidak tau. Perlahan, semakin hari perasaan ini semakin kuat. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya menikmatinya. Menikmati rasa itu mengalir apa adanya dalam dirinya. Tidak pernah ada sedikitpun niat untuk mencoba menghapusnya. Karena baginya, perasaan adalah anugrah dari Tuhan.
Jung Daehyun, ia lelaki yang baik. Sangat baik. Bahkan terlalu baik. Kenakalan-kenakalan wajar layaknya anak muda memang tidak lepas darinya. Tetapi dibalik itu, ia adalah lelaki yang cukup baik. Banyak wanita yang menyukainya. Banyak wanita yang mengincarnya. Ya memang tidak heran. Ia menarik. Sangat menarik. Ia seorang yang lucu, selalu bisa menghidupkan suasana di kelas, meskipun itu bisa memalukan dirinya sendiri, tetapi ia memang seperti itu. Konyol. Tapi Eunji menyukainya. Semua tentang Jung Daehyun ia menyukainya. Daehyun sangat pandai bernyanyi. Eunji sangat menyukai lelaki yang pandai bernyanyi. Ia berpikir bahwa Daehyun adalah lelaki yang ia inginkan. Lelaki idaman.
Satu minggu lagi adalah hari ulangtahun sekolah. Eunji dan Daehyun ditunjuk wali kelas mereka untuk menyumbangkan satu buah lagu sebagai apresiasi mereka untuk merayakan ulangtahun sekolah. Mereka diminta menyanyikan lagu Lovely Day yang dipopulerkan oleh Yang Yoseob dengan penyanyi dari agensinya.
“Ye, ageseumnida sonsaengnim.” Jawab Eunji dan Daehyun bersamaan.
“Huff.” Eunji mendengus pelan.
“Kenapa?” Tanya Daehyun. Daehyun melihat ke arah Eunji.
“Tidak apa-apa. Menurutku lagunya cukup sulit.”
“Cukup beruntung, lagu ini memang lagu duet. Tidak akan sesulit seperti apa yang kau bayangkan, Eunji-yah.”
“Yah, itu melegakan.” Kata Eunji singkat.
“Kau kan juga pandai bernyanyi. Aku tau kau pasti bisa.” Daehyun tersenyum pada Eunji. Eunji memandang Daehyun, tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya sebelum Daehyun menyadari Eunji memandanginya dengan penuh arti. Lalu mereka berjalan menuju kelas.
***
“JUNG COUPLE?” teriak Eunji.
“Iya. Jung Couple.” Ulang Naeun.
“Apa-apaan?!”
“Mereka menjuluki kalian seperti itu. Aku rasa kalian memang cocok.”
“Aku tidak tau apakah Daehyun tidak memperdulikannya. Aku rasa dia tidak suka hal-hal seperti ini.”
“Dengan kata lain kau suka hal-hal seperti ini?”
“Maksudmu? Naeun tolong bicara dengan jelas!”
“Berarti kau suka dijuluki Jung Couple. Atau kau sebenarnya memang menyukai Jung Daehyun?” tanya Naeun dengan menyipitkan mata. Eunji terbelalak. Jantungnya berdegup cepat. Ia takut Naeun mengetahui segalanya.
“Kau mabuk? Kau sakit? Bicara apa kau ini, Son Naeun-ssi? Jangan ngelantur!” Eunji memegang dahi Naeun. Lalu ia mengalihkan padangannya dari Naeun. Naeun terus memandang Eunji.
“Haish, jinja. Aku bukannya aku suka atau bagaimana, aku hanya tidak ambil pusing hal seperti ini. aku tidak memperdulikannya. Terserah mereka mau bilang apa, aku tetap tidak perduli. Terserah Daehyun mau seperti apa, aku juga tidak perduli. Aku bukan suka atau bagaimana terhadap Jung Daehyun, aku hanya respect kepadanya sebagai teman sekolah dan teman duet. Itu saja.” Eunji menjelaskan panjang lebar dan Naeun hanya memandanginya tanpa mengucapkan hal satu katapun.
“Kenapa aku harus menjelaskan semua ini kepadamu?!” Eunji berjalan lebih cepat dari Naeun. Menjauh dari Naeun. Beruntunglah, Naeun tidak mengejarnya meminta penjelasan lebih lanjut.
***
Jung Couple? pikir Eunji. Eunji meletakkan sepedanya lalu mengambil tasnya. Dari kejauhan terlihat Daehyun sedang berjalan ke arahnya dengan membawa buku. Eunji merasakan detak jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Ia merapikan rambutnya. Bersiap menyapa Daehyun dan memberikan senyum termanisnya. Daehyun terus mendekat ke arahnya. Eunji hendak menyapanya tetapi Daehyun berlalu begitu saja. Tanpa melihat ke arahnya, tanpa melemparkan senyum, dan tanpa berkata apapun.
“Jung Daehyun benci padaku. Dia benci Jung Couple sialan itu.” Kata Eunji pelan lalu berlalu berjalan menuju kelas dengan lemah.
Eunji duduk di bangkunya lalu meletakkan kepalanya di atas meja, menggembungkan pipinya, melihat ke bawah meja, lalu menghembuskan nafas berat.
“Eunji-ya,” seseorang dengan tiba-tiba memanggilnya. Eunji mendongak melihat ke arah lelaki itu. Ah Youngjae-ssi, katanya pelan.
“Ah, ada apa, Youngjae-ssi?” jawab Eunji.
“Ada bolpoin lain? Aku hanya punya satu,” Eunji memberikan satu buah bolpoin pada Youngjae. Eunji melihat Youngjae tidak menggunakan bolpoinnya, Youngjae memberikan bolpoin itu kepada Daehyun. Iya. Daehyun. Lelaki bermarga Jung sepertinya. Eunji sedikit terkejut. Ia melihat ke arah Daehyun yang sedang tersenyum. Bukan padanya, tapi pada sahabat Youngjae.
“Mengapa dia tidak pinjam langsung dariku?” kata Eunji pelan. Eunji menghela nafas pendek dan terus memikirkan itu. Bolpoin itu. Youngjae. Senyum Daehyun. Semuanya membuat Eunji bingung. Ada apa dengan ini semua. Ada apa denganku. Eunji berkutat dengan pikirannya sendiri. Tidak sadar Eunji mengacak-acak rambutnya sendiri.
Teng-teng~
bel istirahat berbunyi. Eunji segera merapikan mejanya. Bergegas pulang berharap hujan tidak segera datang. Eunji tidak membawa payung hari ini karena terlalu terburu-buru pagi tadi. Ia ingin segera pulang dan menikmati masakan ibunya yang tiada duanya.
“Eunji-ya,” panggil seseorang. Eunji tidak asing lagi suaranya. Eunji menoleh ke arahnya. Agak sedikit terkejut.
“Terimakasih,” kata Daehyun. Iya. Laki-laki yang memanggilnya tadi adalah Jung Daehyu. Daehyun tersenyum padanya lalu memberikan bolpoin itu. Ia masih terbius dengan senyum Daehyun beberapa detik, lalu tersadar, “Ah iya, sama-sama.”
Daehyun pergi berlalu begitu saja. Eunji masih terus melihatnya, melihat punggungnya sampai menghilang dari pandangannya. Ia tersenyum. Senyum malu mungkin. Rasanya ingin berteriak. Sudah lama semenjak insiden Jung Couple itu Daehyun tidak pernah mengajaknya berbicara. Ini seperti sebuah awal yang baik untuk hubungannya dengan Daehyun.
“Bukankah aku sudah gila?” Gumamnya.
***
“Hoam” Eunji terus menguap pagi ini. Ia tidak bisa tidur semalaman. Siapa lagi kalau bukan karena Jung Daehyun yang membuat onar kemarin? Membuat hatinya terus berdegup kencang ketika mengingat kejadian kemarin. Membuatnya terus tersenyum tanpa henti seperti orang sedang tidak waras. Eunji meletakkan kepalanya di atas meja. Menghadap ke arah pintu kelas. Melemparkan pandangan kosong. Lalu memejamkan matanya sejenak.
 “Ya! Eunji-ya,” seseorang memanggil Eunji. Tidak asing lagi Eunji dengan suara itu.  “Wae Naeun?” katanya pelan dengan tanpa menggerakkan sedikit tubuhnya. Ia terlalu lemah pagi itu.
“Kau sudah tau kabar terheboh hari ini?” tanya Naeun. Eunji menggeleng-gelengkan kepala. Ia memang tidak tau apa-apa karena memang ia bukan orang yang suka mengurusi urusan orang lain. Berbeda seperti Naeun yang tau semua informasi seluruh penjuru sekolah.
“Apa? Penting kah?”
“Kau tau? Daehyun. Jung Daehyun. Teman sekelas kita, tadi malam menyatakan perasaannya sama senior kita, Chorong unni,” kata Naeun dengan memberikan sedikit tekanan nada pada nama Daehyun. Eunji terdiam. Entah, ia tidak tau harus menunjukkan ekspresi apa. Hatinya terasa sakit. Detak jantungnya semakin melemah. Aliran darahnya serasa berhenti saat itu juga. Sekuat tenaga ia bertahan agar tidak terjatuh. Kemudian ia tersenyum kecut.
“Lalu?” Eunji bersikap dingin berpura-pura tidak memperdulikannya.
“Yah, mungkin mereka sekarang sudah berkencan. Siapa yang bisa menolak Jung Daehyun disekolah ini kecuali aku,” kata Naeun. Eunji kembali diam. Eunji melihat Daehyun berjalan menuju ke arahnya. Daehyun tersenyum pada Eunji lalu pergi begitu saja. Hatinya semakin sakit. Tercabik. Melihat senyum bahagia itu. Bukan karena dia alasan Daehyun tersenyum, tetapi karena kakak kelasnya bernama Chorong. Wanita yang berhasil mendapatkan hatinya.
 “Eunji-ya, temani aku ke kantin. Aku lapar,” pinta Naeun padaku.
“Kajja,” lalu aku menggandeng lengan Naeun.
“Kau mau pesan apa?”
“Orange juice saja,”
“Akan aku pesankan, kau cari saja tempat duduk,”
“Terimakasih Naeun cantik,”
Eunji melihat segerombolan lelaki junior di sekolah sedang menunjuk ke arahnya. Mereka terus memperhatikannya. Tetapi ia tidak peduli.
“Eunji-ya,” Naeun tibatiba sudah berada di depannya.
“Kau sudah disini?” tanya Eunji pada Naeun lalu menyeruput orange juicenya.
“Kenapa mereka terus melihat ke arahmu?” kata Naeun sambil memberikan kode ke arah junior-junior itu.
“Aku tidak tau,” jawab Eunji singkat.
“Omo. Omo. Salah satu diantara mereka berjalan kesini,” kata Naeun pada Eunji. Lalu Eunji menoleh kepada lelaki itu. Lelaki yang terlihat jelas lebih muda darinya, cukup tinggi, dan cukup tampan. Sedikit membuatnya terpesona. Ia segera mengalihkan pandangannya dari juniornya itu. Lelaki muda itu mendekat padanya.
“Annyeong,” sapanya. Eunji menoleh. Menatapnya sejenak. Lalu berkata, “ada apa?”.
“Mungkin memang nunna tidak mengenalku. Entah aku tidak tahu sejak kapan aku merasakannya. Setiap kali melihat nunna, jantungku berdegup dua kali lebih kencang. Johahae, nunna.” Eunji tersedak mendengar apa yang baru saja lelaki muda itu katakan. Ia tertawa sinis.
“Kau bicara apa? Omong kosong. Mengenalku saja tidak, sudah berani menyatakan perasaan,” kata Eunji pada lelaki itu dengan ketus.
“Maafkan aku, nunna,” jawabnya lalu dia menunduk. Eunji yang tadinya sangat tidak menyukainya, kini mulai menaruh simpati kepadanya.
“Nuguya?” tanya Eunji.
“Zelo. Namaku Zelo,”
Bagus juga namanya. Seperti bukan nama korea. Kata Eunji dalam hati.
“Oke, bangapta Zelo. Dan terimakasih sudah menyukaiku.” Eunji tersenyum pada Zelo. Zelo juga tersenyum padanya. Zelo kembali pada teman-temannya dan meninggalkan kantin.
Semenjak Zelo menyatakan perasaannya pada Eunji, Zelo selalu saja mendekatinya. Ada disetiap Eunji membutuhkannya. Zelo sangat baik terhadapnya. Dia bahkan tau apa yang Eunji rasakan tanpa harus memberitaunya. Dia hebat. Dia juga tau, kalau Eunji masih menyukai Daehyun sampai sekarang. Ya, ini memang sudah dua tahun Eunji menyukainya. Rasanya ingin sekali melupakannya, tetapi tidak bisa. Ingin sekali Eunji membalas perasaan Zelo terhadapnya, tetapi tidak bisa. Eunji takut Zelo terluka karenanya. Lebih baik seperti ini, berteman dekat.
“Nunna, kajja.”
Zelo selalu menjemput dan mengantar Eunji sekolah. Tidak perlu lagi Eunji sekarang menggunakan sepeda sendiri. Ada Zelo yang selalu memboncengkannya. Eunji tidak bisa menolak ajakan Zelo, ia takut jika ia melakukannya, akan menyakiti hati Zelo.

“Eunji-ah,” seseorang memanggil Eunji. Tidak asing dengan suaranya. Eunji menoleh. Benar, dia Naeun. “Mwo?” tanyanya.
“Kau tau berita hangat akhir-akhir ini?” tanya Naeun dengan bersemangat.
“Kau ini bergosip saja,” kata Eunji dengan memukul pelan kepala Naeun.
“Ya ya ya! Jung Daehyun putus dengan Chorong unni,” seperti ingin tersenyum tetapi ia menahannya.
“Lalu? Apa hubungannya denganku?”
“Jangan begitu. Kau pikir aku tidak tau, huh? Lakukan pendekatan dengannya. Dia sudah tidak milik siapa-siapa sekarang,”
“Dia pasti masih mencintai Chorong unni. Kalau boleh tau, kenapa mereka putus?”
“Aku dengar Chorong unni sudah tidak mencintainya. Lalu memutuskan Daehyun,”
“Sesimple itukah? Benar-benar,” Eunji menunjukkan wajah kesal.
“Kau tidak ada rencana untuk mendekatinya lagi?”
“Lagi? Sejak kapan aku mendekatinya? Aku tidak pernah mendekatinya. Dulu kita dekata hanya sebagai rekan bernyanyi di acar sekolah. Itu saja.”
“Arasso. Arasso. Nanti sepulang sekolah kau ada janji? Aku ingin ke toko buku.”
“Mian, Naeun-ah. Aku sudah ada janji dengan seseorang.”
“nugu? Zelo?”
“nde” Eunji tersenyum simpul.
“Kalian semakin dekat saja.” Naeun berjalan menuju kelas meninggalkan Eunji. Namun Eunji mengejarnya dan menjelaskan tentang hubungannya dengan Zelo.
“Ahh bukan seperti itu ..........................”
***
“Nunna,”
“Hmm?” Zelo menatap Eunji hati-hati.
“Ada apa?” tanya Eunji penasaran.
“Kalau Daehyun-hyung menyukai nunna, apa nunna akan bersamanya?” Eunji tersedak. Zelo memandang Eunji sebentar lalu menyeruput American Coffee nya.
“Kau ini bicara apa?” Eunji memutar bola matanya lalu memakan ramyeon super pedasnya.
“Tidak. Lupakan.” Zelo tersenyum pada Eunji dan Eunji membalas senyum Zelo.
“Nunna, bagaimana kalau setelah ini kita pergi nonton di bioskop?” tanya Zelo bersemangat.
“Kau mengajakku berkencan hari ini?” Eunji melihatnya lekat-lekat. Zelo menggaruk kepalanya dan tesenyum lebar.
“Baiklah. Kau harus berterimakasih karena aku sedang dalam mood yang baik untuk berkencan hari ini.”
“Nunna, berhati-hatilah setelah hari ini, kau akan jatuh cinta padaku dan melupakan lelaki bernama Jung Daehyun itu. Percayalah padaku.” Kata Zelo dengan penuh kepercayaan diri.
“Benarkah begitu?” Eunji tertawa. Lalu mereka berjalan meninggalkan restaurant kecil itu dan memulai perjalanan mereka hari ini.
“Nunna, tunggu sebentar.”
“Ada apa?”
“Tutup Mata sebentar.”
“Arasseo.” Eunji menuruti kata Zelo lalu menutup mata.
“Nunna, buka mata nunna sekarang.” Zelo memberikan beberapa ikat bunga mawar merah yang dirangkai dengan begitu cantiknya.
“Eunji-yah, ini untukmu.” Eunji tersentak kaget. Lalu tersenyum pada Zelo.
“Gomapta, Zelo-ssi.” Eunji memukul kepala Zelo, “Eunji-yah? Kau memanggilku ‘Eunji-yah’? Beraninya.”
“Aish.” Zelo hendak membalas pukulan Eunji lalu Eunji memelototinya. Zelo menurunkan kembali tangannya lalu meletakkan tangannya di bahu Eunji, “Kajja, Eunji-yah.”
“Eo?” Eunji terkesan. Terdiam. Menuruti permintaan Zelo. Lalu mereka pergi ke bioskop dan pergi ke taman hiburan.
“Lelah sekali.” Zelo melakukan sedikit gerakan untuk meregangkan otot-ototnya.
“Benar sekali. Melelahkan.” Eunji memukul-mukul ringan kakinya yang terasa pegal.
“Nunna, aku belikan minuman sebentar. Tunggu disini.”
“Arasseo. Palli, eo?” Zelo berjalan menjauh dari Eunji. Mencari penjual minuman. Eunji terus memukul ringan kakinya.
“Eunji-ssi?” seseorang memanggilnya. Eunji mendongak ke atas dan sedikit terkejut. Eunji mengerjapkan mata.
“Youngjae-ssi, Daehyun-ssi?” Eunji mengerjapkan matanya sekali lagi.
“Dengan siapa?” tanya Youngjae kepada Eunji.
“Bersama teman.” Eunji melemparkan senyuman kepada Youngjae dan Daehyun. Youngjae membalas senyum Eunji, tetapi tidak untuk Daehyun. Daehyun dingin. Sangat dingin malam itu. Dengan gaya khasnya dia, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan memandang jauh ke depan. Tanpa melihat Eunji.
“Kalau begitu, kami permisi dulu, Eunji-ssi. Sampai bertemu lagi.” Youngjae tersenyum dan berlalu begitu saja. Daehyun hanya melihatnya sekilas lalu pergi tanpa berkata-kata. Eunji menatap mereka. Melemparkan pandangan kosong ketika mereka sudah tidak menampakkan diri. Mengapa dia begitu dingin padaku? Gumamnya pelan. Aku masih merasakannya. Seperti ini lagi. Kenapa masih? Kata Eunji dalam hati dengan memegang dadanya lalu menepuk-nepuknya.
“Nunna, ada apa?”tanya Zelo yang ternyata sudah berada di samping Eunji. Zelo membawa dua botol minuman bersoda ringan lalu memberikannya satu kepada Eunji, “Minumlah.”
“Gomapta, Zelo-yah.” Eunji mencoba membuka tutup kalengnya tetapi selalu gagal. Zelo yang mengetahunya lalu mengambil kaleng minuman Eunji dan memberikan kaleng minumnya yang sudah terbuka kepada Eunji. Eunji memandang Zelo sebentar lalu meneguk kaleng minumnya. Lalu mereka berjalan pulang menuju rumah Eunji. Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan rumah Eunji.
“Zelo-yah.” Eunji memandang Zelo dengan memegan mawar pemberian Zelo.
“Nde, Nunna.” Zelo memandang Eunji. Ia tersenyum. Eunji mendaratkan kecupan singkat di pipi Zelo.
“Gomapta, Zelo-yah. Untuk hari ini.” Eunji tersenyum, lalu masuk ke dalam rumahnya. Zelo yang sedari tadi terdiam terpaku, lalu tersadar.
“Jung Eunji-sii. Kau mulai jatuh cinta padaku, kan?” Zelo tersenyum cerah. Eunji yang mendengarnya juga tersenyum lalu berkata, “Tetaplah bermimpi.”
“Kalau kau mencintaiku hanya dalam mimpi, aku lebih baik tidur selamanya dan tidak akan terbangun. Karena mimpi yang aku miliki adalah mimpi yang indah. Jaljayo, Eunji-yah.” Kata Zelo pelan. Lalu Zelo meninggalkan rumah Eunji.
***
Hari ini hari terakhir Eunji bersekolah. Bukan hanya Eunji, tapi seluruh siswa kelas 3 di Kyunghee High School. Eunji memandang sekeliling sekolah. Memandngi teman-temannya satu persatu. Matanya terhenti ketika seseorang melintasi pandangannya. Daehyun. Jung Daehyun. Mata Eunji mengikuti arah kemana Daehyun pergi. Sampai benar-benar pergi. Ia ingin sekali berbicara pada Daehyun. Setidaknya untuk mengucapkan selamat tinggal. Sebenarnya bukan hanya ucapan selamat tinggal, tetapi Eunji juga ingin bertanya Apakah Daehyun melanjutkan ke perguruan tinggi? Perguruan tinggi mana yang Daehyun akan pilih? Jurusan apa yang akan Daehyun masuki? Begitu banyak pertanyaan yang menyelimuti pikirannya. Ia terus menatap lorong dimana Daehyun menghilang dari pandangannya.
“Ya! Eunji-yah!” teriak Son Naeun tepat ditelinganya.
“Aish.” Eunji mendengus kesal.
“Kau sudah berfoto bersama Daehyun?”
“Belum. Memangnya kenapa?”
“Ah tidak.”
“Nunna.” Seseorang memanggil Eunji. Eunji dan Naeun menoleh ke arah sumber suara itu.
“Ya! Zelo annyeong.” Sapa Naeun.
“Annyeong nunna. Nunna, bisa ......” sebelum Zelo melanjutkan pembicaraannya Naeun memotongnya, “arasseo. Aku akan pergi. Bicaralah baik-baik.”
“Gomawo, nunna.” Zelo tersenyum. Lalu Naeun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ehem. Nunna, selamat ya Nunna sudah bukan murid SMA lagi.”
“Gomapta, Zelo-yah. Yah, sekarang kau sudah kelas tiga. Belajar yang baik, jangan main terus. Masuk ke perguruan tinggi negeri. Arasseo?”
“Arasseo, Nunna. Aku akan belajar dengan baik.”
“Anak baik.” Eunji membelai lembut rambut Zelo beberapa kali lalu tersenyum.
“Nunna ingin melanjutkan ke perguruan tinggi mana?”
“Aku akan ke Jepang. Tokyo University tujuanku. Aku ingin belajar banyak disana.” Eunji tersenyum lalu memandang Zelo sebentar.
“Huh? Ah. Tokyo University? Kedengarannya jauh. Kalau memang mimpi Nunna disana, that’s okay for me.” Zelo tersenyum kepada Eunji lalu menunduk. Eunji memeluk Zelo dengan erat. “Aku akan merindukanmu, Zelo-yah. Jaga diri baik-baik.”
Februari 2014
“Naeun-ah!” teriak Eunji dari pintu salah satu butik fashion di departement store terbesar di Seoul. Naeun menoleh. “Eunji-yah!!” Naeun berlari ke arah Eunji lalu memeluk Eunji erat-erat lalu melepas pelukannya. “Eunji-yah.. aku merindukanmu.”
“Aku juga.” Eunji memeluk Naeun lalu melepasnya dan pergi dari butik dan menuju ke cafe terdekat.
“Bagaimana belajar di Jepang? Ah pasti menyenangkan.”
“Begitulah.”jawab Eunji singkat lalu menyeruput Cappucino Lattenya.
“Kau tau? Jung Daehyun, lelaki yang pernah kau sukai dia meneruskan sekolah di Inggris.” Eunji tersedak. Ia memutar bola matanya lalu kembali menyeruput Cappucino Lattenya.
“Aku juga kaget mendenganya. Tapi sekarang dia berada di Seoul. Kemarin aku bertemu dengannya. Dia menanyakanmu.” Eunji kembali tersedak. “Ini.” Naeun memberikan sehelai tissue kepada Eunji.
“Ada apa denganku? Kenapa dia bertanya tentangku?” kata Eunji sambil mengelap lembut daerah bibirnya.
“Kau ini. Seharusnya kau bertanya ‘Apa yang dia tanyakan tentangku?’ bukan malah pertanyaan seperti itu.”
“Terserah saja.” Eunji melemparkan dirinya ke dinding shofa.
“Kau sudah tidak menyukainya?”
“Aku tidak yakin dengan perasaanku sekarang.”
***
Eunji duduk di kursi yang berada di dalam kamarnya. Memandang lurus ke luar jendela. Diam. Sunyi. Pandangan kosong. Sesekali ia berganti posisi. Memutar-mutar ponselnya. Mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Eunji sedang memikirkan sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Ditengah-tengahnya, tiba-tiba suara ketukan pintu rumah terdengar. Tidak ada orang lain di rumah kecuali dirinya. Ibunya pergi ke rumah neneknya yang sedang sakit, sedangkan ayahnya masih bekerja.
“Iya. Tunggu sebentar.” Eunji berjalan menuju pintu utama. Menata rambutnya sesekali. ia membuka pintunya. Seorang lelaki tinggi, putih, berambut hitam kemerahan. Berpakaian sangat rapi, jas berwarna hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Celana kain berwarna hitam dan sepatu pantofel yang juga berwarna hitam mengkilat. Lelaki itu tersenyum manis kepadanya.
“Annyeong .... Eunji-yah.” Sapa lelaki itu sembari memberikan satu bouquet bunga mawar merah kepadanya.
“Zelo-yah ........” sapa Eunji lirih. Eunji menerima satu bouquet bunga mawar merah itu lalu mempersilahkan Zelo duduk di ruang tamunya.
“Nunna, apa kabar?” Zelo kembali tersenyum kepadanya. Eunji terdiam terpaku menatap Zelo tanpa berkedip. Berdebat dalam pikiran-pikirannya sendiri. Zelo? Lelaki tampan di depanku ini... Zelo? Zelo anak ingusan itu? Whoa, daebak! Dia sangat berbeda. Berubah. Tampan. Rapi. Lalu Eunji tersadar akan pikiran-pikirannya itu. “Baik. Kau sendiri?”
“Seperti yang nunna lihat.”
“Kau berbeda sekali dengan Zelo yang dulu. Kau lebih tampan.” Eunji menatap Zelo dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Aku memang tampan sejak dulu. Nunna saja yang tidak pernah melihatku.”
“Aish...”
“Nunna...” Zelo menatap Eunji lekat-lekat. “Hmm.” Eunji kembali menatap Zelo.
“Kau tidak merindukanku?”
“Bogoshippo.”
“Hanya itu?” Zelo mengerutkan alisnya. Menunggu jawaban dari Eunji.
“Apa lagi, Zelo-yah?”
“Tidak.” Zelo menunduk kecewa. “Nunna, aku pergi dulu. Ada urusan.” Zelo berjalan keluar rumah. Eunji berdiri. Berlari mengejar Zelo lalu memeluknya dari belakang.
“Zelo-yah. Aku merindukanmu. Benar-benar merindukanmu. Tidak bisakah kau tinggal disini lebih lama lagi?” Zelo terkejut mendengarnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Lalu membalikkan tubuhnya dan memeluk Eunji erat-erat.
“Arasseo, Eunji-yah.” Tiba-tiba ponsel Eunji berdering.
“Sebentar.” Eunji melepas pelukan Zelo lalu melihat ponselnya. Nomor siapa ini? pikirnya. Ia memencet tombol answer.
“Yeoboseyo. Siapa ini?” Eunji agak menjauh beberapa meter dari Zelo. Zelo menatapnya penasaran.
“.....”
“Ah, apa kabar?”
“.....”
“Besok?” Eunji melirik ke arah Zelo.
“.....”
“Bisa. Baiklah. Sampai bertemu besok.” Eunji menutup teleponnya. Zelo masih menatapnya.
“Ah, teman. Ingin bertemu besok.” Zelo mengangguk.
“Eunji-yah.” Panggil Zelo. Eunji memukul kepalanya.
“Aargh, sakit.” Zelo memegang kepalanya lalu mengelusnya pelan. “Kauuu...” Zelo memelototi Eunji. Eunji mengepalkan tangannya.
“Aiishh...” umpat Zelo. “Aku tidak suka memanggilmu ‘Nunna’. Kau seharusnya tau itu sejak awal!”
“Terserah kau saja sekarang!”
“Eunji-yah.” Zelo berjalan mendekati Eunji. Ia memegang tangan Eunji. Menatapnya lekat-lekat. “Maukah kau menungguku 2tahun lagi? Aku akan datang padamu kembali setelah kuliah bisnisku selesai dan aku akan melanjutkan memimpin perusahaan Ayahku. Aku akan datang lagi padamu. Aku janji. Aku mohon, tunggu aku 2tahun lagi.” Jelas Zelo. Eunji tersentak kaget. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Terpaku. Terdiam. Serasa dunia berhenti. Ia menatap Zelo. Menatapnya dalam. Tenggelam dalam mata Zelo. Wajah Zelo mendekat ke wajah Eunji lalu menciumnya lembut. Entah apa yang terjadi pada Eunji, ia tidak bisa bergerak. Ia tidak bisa menolak. Ia terhanyut dalam ciuman lembut penuh cinta Zelo.
***
Hah aku sudah gila. Kenapa hal itu terus menerus terekam dengan jelas diotakku? Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa gila. Pikir Eunji. Eunji meremas handbagnya.
“Jadi kapan kau kembali ke Tokyo?” tanya seorang lelaki disampingnya.
“ah, besok pagi, aku akan kembali ke Tokyo. Kau sendiri kapan akan kembali ke Inggris, Daehyun-ssi?” tanya Eunji kepada Daehyun. Eunji bersama Daehyun pagi ini. Seperti janjinya kemarin, Daehyun memintanya untuk bertemu. Lelaki yang meneleponnya kemarin adalah Daehyun. Jung Daehyun. Lelaki yang pernah disukainya dulu. Mereka bertemu di taman dekat Sungai Han.
“Nanti sore. Aku terbang ke Inggris.” Jawab Daehyun singkat.
“Ah, cepat sekali.” Eunji menunduk. Daehyun memandangnya lalu tersenyum.
“Eunji-yah, maafkan aku selama berada di sekolah dulu. Kau pasti benci padaku.” Daehyun menunduk kecewa. Menggenggam kedua tangannya sendiri.
“Huh?” Eunji menoleh ke arah Daehyun. “Sedikit.” Lanjutnya.
“Aku tidak membencimu. Sebenarnya aku menyukaimu sejak pertama melihatmu di kontes menyanyi se-SMP di Seoul. Tapi aku terlalu pengecut. Tidak berani mendekatimu. Dan malah seperti ini dihadapanmu. Dingin. Cuek. Jahat. Aku juga tidak tau kenapa aku seperti ini. Maafkan aku. Haah aku terlihat seperti orang bodoh bukan?” Daehyun menegakkan wajahnya lalu tertawa. Sangat terlihat jelas tertawa kali itu adalah terpaksa. Seperti ingin terlihat baik-baik saja. Eunji melihat itu semua dengan jelas.
“Aku dulu juga menyukaimu. Sangat menyukaimu. Tetapi itu dulu.” Eunji memegang tangan Daehyun. “Jangan seperti ini. jangan membodohkan diri sendiri. Kau tampan, pintar, baik, juga pandai bernyanyi. Kau seharusnya mendapatkan wanita yang baik. jauh lebih baik dari aku.” Lanjutnya.
“Aku tau kau sedang dekat dengan siapa. Choi Junhong, junior kita yang akrab dipanggil Zelo. Kau tidak tau kalau aku menyukaimu?” Eunji menggeleng. “Kukira dia memberitaumu.” Lanjutnya. Eunji tidak mengerti. Ia terus menatap Daehyun, menunggu penjelasan lebih lanjut.
“Ketika aku sedang berbincang dengan Youngjae, tentangmu, tentang perasaanku padamu, Zelo mendengarnya. Kukira dia akan memberitaumu. Ternyata tidak. Baguslah. Kau mendengar pengakuanku dari mulutku sendiri.” Daehyun tersenyum kepada Eunji. Eunji menghela nafas lalu membalas senyum Daehyun.
Ternyata Daehyun menyukaiku selama ini. bahkan menyukaiku sebelum aku menyukainya. Pikirnya.
***
Eunji memencet beberapa nomor lalu menelepon nomor tersebut. Agak lama menunggu akhirnya diangkat juga oleh pemiliknya.
“Ya! Zelo-yah!”
“Ada apa kau meneleponku? Merindukanku?”
“Iya. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.”
“Maaf, Eunji-yah. Aku tidak bisa kesana sekarang. Aku ada di Busan urusan pekerjaan Ayahku. Lusa baru bisa pulang. Tahan dulu rindunya.” Eunji melemparkan dirinya ke shofa ruang tamu, lalu mendesah ringan.
“Tidak apa. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa besok aku akan kembali ke Tokyo.”
“Apa? Mengapa kau tidak memberitauku sejak awal?”
“Aku tau kau sibuk. jadi tidak usah datang kesini tidak apa.”
“Maaf,Eunji-yah aku benar-benar tidak bisa datang untuk mengantarmu.”
“Tidak apa. Tidak apa. Aku tau.”
Jaga diri baik-baik. aku merindukanmu.”
“arasseo.”
Dasar manusia super sibuk. gumamnya pada ponselnya.
***
Naeun dan Eunji turun dari taxi lalu segera menuju ke lobby bandara.
“Naeun-ah, gomawo sudah mengantarkanku.”
“Sama-sama. Aku tau Ayahmu sibuk bekerja dan Ibumu masih di rumah nenekmu.”
“Setidaknya aku sudah berpamitan kepada mereka tadi pagi. Naeun-ah aku akan merindukanmu.” Eunji memeluk Naeun erat. “Aku juga. Jaga dirimu baik-baik. bawakan aku lelaki jepang yang manis ya.” Naeun membalas pelukan Eunji.
Dua tahun kemudian...
“Kau masih menunggunya?” tanya Naeun kepada Eunji. Eunji mengangguk.
“Daebak! Bagaimana kalau dia ternyata sudah punya wanita lain?”
“Tidak mungkin. Zelo tergila-gila padaku. Mana mungkin dia seperti itu.”
“Aigooo~ terlalu percaya diri.”
“Lelah sekali hari ini. Pekerjaan hari ini membuat tanganku pegal-pegal.” Eunji meregangkan kedua tangannya.
“Aku tidak tau mengapa Boss Kim hari ini terus mengamuk. Pekerjaanku tidak ada yang salah.” Kata Naeun.
“Bukannya kau bilang Boss mu memang seperti itu?” Eunji meneguk kaleng minumnya.
“Memangnya aku bilang begitu?”
“Haish... habis. Sial!” Eunji mengocok-ngocok kaleng minumnya lalu membuangnya. Seseorang dibelakangnya meringis kesakitan. “Aarrgghh.”  Eunji dan Naeun menoleh ke arah orang itu. Eunji melihatnya lekat-lekat. “Zelo-yah” kata Eunji.
“Annyeong Naeun nunna, annyeong Eunji-yah.” Sapa Zelo dengan menebarkan senyum manisnya.
“Annyeong Zelo-yah. Arasseo aku akan pergi.” Naeun berjalan pergi meninggalkan mereka berdua. “Aish jinja. Sepertinya aku harus cepat-cepat menemukan seorang pacar.” Gerutu Naeun.
“Kau sejak kapan berada disitu-dibelakang kami-?” tanya Eunji.
“Sedari tadi.” Senyum Zelo mengembang. Eunji terbelalak.
“Kauuu... mendengar......”
“Nde. Aku mendengarnya.” Eunji menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Aish jinjja!” Zelo mendekat padanya lalu memegang kedua tangan Eunji yang berada di wajahnya lalu menurunkannya.
“Terimakasih, Eunji-yah. Untuk menungguku selama ini. terimakasih.” Zelo memeluk Eunji. Lagi dan lagi Eunji terdiam terpaku.
“Kau jahat sekali. Menyuruhku menunggumu selama dua tahun! Kau pikir dua tahun itu tidak lama? Apa yang kau lakukan kalau aku menemukan lelaki lain? Kau akan menyesal!” Eunji berceloteh ria. Zelo tertawa lalu memeluk Eunji lebih erat lagi. “Itu tidak mungkin. Karena kau sudah jatuh cinta padaku.”

“Terlalu percaya diri!” 

1 comment:

  1. wkwk terlalu percaya diri. udh saya duga pasti daehyun jauhin eunji karna ga sengaja denger ucapan eunji ma naeun. tp ini kayanya gantung yaa, harusnya sampe eunji dan zelo nikah wkwk...

    ReplyDelete